Senin, Maret 26, 2012

DETERMINAN GIZI BURUK PADA BALITA USIA DI BAWAH 2 TAHUN

A. Latar Belakang

Anak adalah anugrah dari Tuhan yang sangat berharga dan tak ternilai harganya. Oleh karena itu, mereka harus dijaga, dirawat, dan dididik dengan baik. Salah satunya adalah dengan memberikan nutrisi yang cukup dan baik kepada anak sehingga mereka bisa tumbuh dengan sempurna, sehat, dan cerdas.

Umur 1-2 tahun adalah periode emas tumbuh kembang anak, terutama perkembangan otak dan kecerdasan mereka. Akan tetapi, saat ini banyak balita usia 1-2 tahun yang menderita gizi buruk. Padahal, menurut World Bank (2006) gizi buruk pada balita akan berdampak pada penurunan fisik, perkembangan otak, dan kecerdasan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk memberikan informasi tentang gizi buruk yang sekarang sedang banyak terjadi di Indonesia.

2. Tujuan khusus

Untuk memberikan informasi tentang determinan gizi buruk pada balita usia di bawah 2 tahun mulai dari jenis, cirri-ciri, penyebab, dan cara pencegahannya. Sehingga nantinya angka kejadian gizi buruk dapat dikurangi guna menciptakan generasi penerus bangsa yang sempurna, sehat, dan cerdas.

C. Pengertian

Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud berupa protein, karbohidrat, dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP ( Kekurangan Energi Protein ) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.

D. Determinan Gizi Buruk

Kasus gizi buruk pada balita yang terjadi kebanyakan adalah KEP (Kekurangan Energi Protein). Dan menurut gejala klinisnya KEP dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.

1. Marasmus

Marasmus adalah suatu bentuk kekurangan gizi yang buruk yang paling banyak terjadi pada anak usia 0-2 tahun. Penyebabnya antara lain karena masukan nutrisi makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus, serta kesehatan lingkungan.

Ciri-ciri marasmus adalah sebagai berikut:

a. Badan sangat kurus seolah-olah hanya tulang yang terbungkus kulit saja.

b. Wajah seperti orang tua

c. Kulit keriput

d. Mudah menangis/ cengeng, rewel

e. Jaringan lemak subkutis tipis bahkan nyaris tidak ada

f. Perut cekung dan iga terlihat gamblang

g. Sering disertai dengan penyakit infeksi (biasanya kronis berulang)

h. Diare kronik atau kontipasi (susah buang air)

2. Kwashiorkor

Kwashiorkor atau honger eodema biasa juga disebut sebagai busung lapar adalah fenomena penyakit gizi buruk di Indonesia yang diakibatkan karena kekurangan protein kronis pada anak-anak (kebanyakan pada balita usia di bawah 2 tahun) yang sering disebabkan oleh beberapa hal, antara lain anak tidak cukup mendapatkan makanan bergizi, anak tidak cukup mendapatkan asupan gizi yang memadai, dan mungkin anak menderita infeksi penyakit.


Ciri-ciri penderita kwashiorkor adalah sebagai berikut:

a. Pembengkakan (edema) umumnya terjadi di seluruh tubuh (terutama pada punggung, kaki, dan wajah) menjadi bulat dan lembab (merupakan tanda khusus kwashiorkor)

b. Pandangan sayu

c. Rambut berwarna coklat kemerahan (seperti rambut jagung). Mudah dan tidak sakit saat rambut dicabut, serta rambut mudah rontok

d. Terjadi pembesaran hati

e. Otot mengecil (hipotrofi) akan lebih jelas bila diperiksa dalam posisi duduk atau berdiri

f. Sering disertai dengan penyakit infeksi yang umumnya akut

g. Anemia dan diare

h. Terjadi kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu mengelupas (crazy pavement dermatosis)

i. Ukuran lingkar lengan atas (LILA) kerang dari 14 cm.

3. Marasmus-kwashiorkor

Marasmus-kwashiorkor adalah gizi buruk dengan cirri-ciri gabungan antara marasmus dengan kwashiorkor

E. Mengukur Status Gizi Anak

Mengukur status gizi anak dapat dilakukan dengan beberapa cara. Tabel berat dan tinggi badan menurut umur, serta tabel standar baku Lingkar Lengan Atas (LILA) dapat digunakan sebagai salah psatu atokan untuk mengukur status gizi anak

Tabel Berat dan Tinggi Badan Menurut Umur

(Usia 1-2 tahun, jenis kelamin tidak dibedakan)

Umur

Berat (Kg)

Tinggi (cm)

Tahun

Bulan

Normal

(baku 80%)

Kurang

(baku 60%)

Buruk

(baku <60%)

Normal

(baku 80%)

Kurang

(baku 60%)

Buruk

(baku <60%)

1

0

9,9

7,9

6,0

74,5

54,5

52,5

3

10,6

8,5

6,4

78,0

65,5

54,5

6

11,3

9,0

6,8

81,5

70,0

57,0

9

11.9

9,6

7,2

84,5

72,0

60,0

2

0

12,4

9,9

7,5

87,0

74,0

61,0

3

12.9

10,5

7,8

88,5

76,0

62,5

6

13,5

11,2

8,1

92,0

78,0

64,0

9

14,0

11,7

8,4

94,0

80,0

66,5

Tabel Standar Baku Lingkar Lengan Atas (LILA) menurt Umur

Umur

Standar (cm)

85% (cm)

70% (cm)

Tahun

Bulan

0

6-8

14,75

12,50

10,50

9-11

15,10

13,25

11,00

1

16,00

13,50

11,25

2

16,25

13,75

11,50

F. Penyebab Gizi Buruk

Secara umum gizi buruk dapat terjadi akibat beberapa hal sebagai berikut:

1. Kurang asupan makanan bergizi dalam kurun waktu yang lama

2. Makan tidak teratur

3. Gangguan pada fungsi pencernaan

4. Faktor ekonomi

Jumlah penghasilan yang rendah dianggap sebagai faktor klasik yang membuat angka kejadian gizi buruk semakin meningkat. Ketidakmampuan keluarga dengan penghasilan rendah untuk memenuhi gizi keluarga terutama bagi balitanya adalah faktor yang sangat kuat yang dapat menyebabkan kebutuhan gizi balita tidak terpenuhi.

G. Pencegahan

Berikut ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada balita usia di bawah 2 tahun:

1. Memberikan ASI ekslusif pada bayi sampai usia 6 bulan. Setelah itu anak mulai dikenalkan pada makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan usia, lalu disapih pada usia 2 tahun.

2. Balita diberi makanan bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin, dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12%, dan sisanya karbohidrat.

3. Rajin menimbang berat badan dan mengukur tinggi balita dengan rutin mengikuti program posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas (tabel, Red.). jika kurang sesuai, konsultasikan hal tersebut dengan petugas kesehatan (yang ahli dibidang gizi) atau dengan dokter.

4. Jika balita dirawat di rumah sakit karena gizi buruk, bisa bertanya kepada petugas tentang pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

5. Jika balita telah menderita kekurangan gizi, berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi si balita. Berikan juga suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penangan seperti ini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul permasalahan intelegensia di kemudian hari.

H. Simpulan

1. Sebagian besar kejadian gizi buruk yang terjadi adalah akibat Kekurangan Energi Protein

2. Gizi buruk pada balita usia di bawah 2 tahun dapat menurunkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kecerdasan. Sehingga membuat suatu Negara yang mengalami kejadian ini tentu saja akan kehilangan asset yang sangat berharga, yaitu ana-anak generasi penerus bangsa.

3. Macam penyakit gizi buruk yang terjadi pada balita usia di bawah 2 tahun adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.

I. Saran

1. Pihak-pihak terkait hendaknya mampu memberikan pendidikan kepada warganya untuk memanfaatkan pekarangan rumah sebagai warung hidup untuk menanam berbagai jenis sayuran agar mereka tidak perlu mengeluarkan biaya lebih ketika berbelanja, sehingga kebutuhan makanan lainnya dapat terbeli.

2. Pemerintah hendaknya mampu mengendalikan harga bahan pokok agar masyarakat dengan penghasilan rendah mampu menjangkaunya.

J. Referensi

Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke-2. Jakarta: Rineka Cipta

Nasar, dkk. Pedoman Tata Kurang Protein. Pkm-IDAI

Nency, y dan Arifin, M.T. 2005. Gizi Buruk Ancaman Generasi yang Hilang. Inovasi Edisi Vol. 5/XVII/November 2005: Inovasi Online

Marasmus. Pada http://id.m.wikipedia.org/Marasmus yang diakses pada Tanggal 28 Mei 2011, pukul 13.05 WIB

Busung Lapar pada http://id.m.wikipedia.org/wiki.Busung_Lapar yang diakses pada Tanggal 28 Mei 2011 pukul 13.17 WIB


Credit images: Google images